Rabu, 10 September 2008

Dicari Penyuluh Pertanian


Tenaga Penyuluh masih Kurang

KANDANGAN – Hingga kini HSS masih kekurangan tenaga penyuluh pertanian. Dari 148 desa se Kabupaten, satu penyuluh terpaksa harus merangkap untuk beberapa desa. Idealnya satu penyuluh untuk satu desa.

“Kita memang akan menuju ke sana, satu penyuluh satu desa. Mudah-mudahan dapat terlaksana. Apalagi kini ada lowongan untuk tenaga harian lepas penyuluh pertanian,” kata Budi Sucipto, Kasi Penyuluh Pertanian Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian, kemarin.

Menurutnya, jumlah tenaga penyuluh di HSS hanya 94 orang yang berstatus PNS. Sisanya, 40 orang dari tenaga harian lepas. Distribusinya, setiap Balai Penyuluh Pertanian (BPP) ada 2 orang. “Ada 11 BPP berarti ada 22 penyuluh. Lalu di Kabupaten ada 15 orang, total sudah 37 orang. Sedangkan idealnya, di lapangan satu desa satu penyuluh,” aku Budi lagi.

Bila dihitung secara kasar, jumlah tenaga penyuluh yang diperlukan sekitar 50 orang lagi. Karena hamper semua kecamatan kekurangan tenaga penyuluh pertanian. Apalagi, di Kecamatan Loksado, Telaga Langsat dan tiga daha lainnya.

Asep Rahmat, Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten HSS mengatakan adanya penyuluh pertanian sangat penting untuk membangun pertanian dalam arti luas. Keberadaan mereka sebagai ujung tombak dalam pemberian informasi kepada petani. Peran penyuluh sebagai motivator, dinamisator, katalisator dan membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut pertanian. “Penyuluh juga berperan untuk membimbing pererapan teknologi, maupun sebagai Pembina kelembagaan petani. Semisal Kelompok tani, gapoktan maupun asosiasi,” sebutnya. Di HSS, ada 868 kelompok tani dan 219 Gapoktan. (why)

BBI Belum Berfungsi Optimal

KANDANGAN – Kendati Kabupaten HSS sudah memiliki balai benih ikan (BBI). Tapi sampai kini, adanya BBI tersebut masih belum berperan optimal dalam menyediakan bibit ikan. Akibatnya, petani (petambak, red) lebih tertarik membeli benih ikan dari luar. Semisal Martapura atau Amuntai.

“Masih jarang yang beli mungkin juga mereka belum tahu. Padahal kami sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat.,” kata Kabid Perikanan Dinas Perikanan dan Peternakan Hj Elyani Yustika kepada Radar Banjarmasin, kemarin.

Selama ini benih ikan yang dihasilkan sudah ada, seperti ikan nila dengan produksi 100 ribu ekor, ikan patin 20 ribu ekor dan lele 10 ribu ekor. Untuk patin dan lele sudah habis terjual, sekarang benih ikan itu masih kosong.

Dikatakan Elyani, BBI yang berada di Desa Pahampangan Padang Batung itu memiliki kolam sekitar 20-an. Dengan luasan bervariasi.

Jujur, Elayani mengakui BBI belum bekerja optimal, selain secara administrasi masih di pegang pejabat pelaksana harian. Secara teknis, BBI juga hanya mengandalkan curah hujan yang turun. “Akan optimal setelah irigasi Amandit berfungsi,” ungkapnya.

Sedangkan untuk perencanaan kedepan, tak hanya jenis ikan nila, patin dan lele saja. BBI juga akan membesarkan jenis ikan lokal seperti papuyu, ikan haruan dan tamuan. “Jenis ikan loka masih tersedia melimpah di alam. Jadinya direncanakan hanya pembesaran di BBI. Tapi ini hanya rencana,” akunya lagi. (why)

2 komentar:

Syams Ideris mengatakan...

Salam kenal, salam badadangsanakan aja di dunia maya.

Dari seorang guru daerah Terpencil di Bajayau.

Anonim mengatakan...

Selamat Malam. Lewat komentar ini saya mengajak anda untuk ikut bergabung bersama kami dalam rangka pembentukan komunitas blogger kandangan. Sms saya di 08115008045