Rabu, 03 Desember 2008

olahraga tradisional Kabupaten HSS, Kalsel (1)


Mangganjat Sarang Walet, Olahraga Tradisional HSS (1)

Pemenang Hanya Diarak Keliling

Ada pertunjukkan olahraga tradisional yang unik dan langka yang tercipta dari Bumi Antaluddin Kandangan, Kabupaten HSS. Namanya, Mangganjat Sarang Walet. Saat Festival olahraga Tradisional Nasional di Manado Sulsel. Olahraga ini mewakili Kalsel dan terpilih dalam 10 terbaik se Indonesia.

M WAHYUNI, Kandangan

Olahraga tradisional dengan nama mangganjat (menjuluk atau memetik, red) sarang walet ini tergali dari aktivitas sebenarnya memetik sarang burung walet. Pemain olahraga tradisional ini pun salah satunya pernah menjadi penjaga sarang burung walet sekaligus memetiknya.

Tak hanya nilai ekonomis saja, perilaku ini ternyata juga mengandung nilai-nilai olahraga dan didalamnya terdapat unsur pendidikan, substansi gerak olahraga tradisonal, kesenian gerak, keterampilan, keberanian, kesabaran, keuletan, ketangkasan, ketelitian dan harus memiliki kemampuan fisik yang kuat. Oleh karena itulah, perilaku ini tadi kemudian dikemas menjadi sebuah permainan olahraga tradisonal yang sangat memesona. Tata cara permainannya tidaklah rumit. Permainan ini bisa dimainkan secara beregu atau perorangan. Dipimpin wasit, pemain yang berjumlah 3 orang berdiri melingkar pada posisi yang telah ditentukan di bawah sugung (batang bambu,red) berjangking runcing dan menjulang tinggi. Nah sebelum perlombaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan tos atau undian, si pemenang undian adalah orang yang pertama memanjat sugung sambil membawa sebilah tongkat yang diberi nama “gaganjat” yang panjangnya 3 sampai 5 meter dan diujungnya diberi cangkram atau paku. Selain gaganjat, pemain juga dibekali butah (tas ransel orang dayak, red) untuk memuat hasil.

Wasit memberi petunjuk tentang aturan lomba. Dengan aba-aba mulai (bisa dengan ucapan atau dengan alat bunyi seperti peluit) dari wasit, si pemain mulai melakukan panjat sugung secara bergantian sesuai dengan urutan undian dn aturan permainan. Dipuncak sugung, pemain harus mengais-ngaiskan gaganjat untuk mengambil sarang burung sebanyak-banyaknya. Wasit akan memberikan aba-aba stop apabila waktu atau pemain telah menyelesaikan tugasnya. Pemain harus segera berhenti mengais-ngais gaganjat, kemudian turun dan kembali ke tempat semula dan menyerahkan hasil perolehannya kepada wasit. Setelah itu, dilanjutkan dengan pemain berikutnya untuk melakukan tugas sebagaimana tugas pemanjat sebelumnya. Setelah semua pemain selesai melakukan permainannya barulah dilakukan perhitungan hasil dari masing-masing sarang walet yang didapatnya. “Siapa yang terbanyak itulah sang pemenang. Dan bila ada jumlah yang sama, maka wasit akan melihat kecorobohan-kecorobohan dan waktu yang harus ditempuh oleh masing-masing pemain. Gaganjat terjatuh, waktunya lebih akan ada pengurangan nilai,” kata Mahriadi, wasit dalam olahraga.

Dalam permainan olahraga tradional mengganjat sarang walet ini, sang pemenang tidaklah mendapatkan medali atau penghargaan lainnya, melainkan hanya digendong berkeliling lapangan oleh pemain lain. Ya inilah, namanya olahraga tradisional, bukan seperti olahraga prestasi yang dapat hadiah. “Yang kalah hanya mendapatkan hukuman, misalnya dengan menggendong atau menghambin si pemenang,” akunya. (bersmbung)

Tidak ada komentar: