Minggu, 22 Februari 2009

Kerupuk Bamban, Satu Produk Unggulan HSS (1)


Irisan Tebal untuk Dimasak, Tipis Bungkusan

Pernah makan Gado-gado atau bubur ayam. Kerupuk warna-warni dengan motif menawan yang menyertainya itu berasal dari Desa Bamban. Biasa disebut kerupuk Bamban, dibagi dua klasifikasi.

M WAHYUNI, Kandangan

Kabupaten HSS kaya dengan beragam produk makanan. Yang paling terkenal adalah dodol Kandangan. Atau untuk makanan, seperti Katupat Kandangan. Berbeda dengan kerupuk Bamban. Disebut demkian, karena lokasi home industri terletak di Desa Bamban Kecamatan Angkinang.
Di Desa tersebut berkembang lebih dari 20 home industri pembuatan kerupuk. Banyak ragam kerupuk yang dihasilkan di desa yang berada disisi Jalan Provinsi atau sekitar 5 KM dari purat pemerintahan.
Saban hari, terutama hari panas pada musim Kemarau, para pengrajin pasti menjemur kerupuk basah. Setelah dipanaskan berjam-jam, kerupuk menjadi kering. Setelah itu baru dipaking sesuai dengan timbangan. Banyak ragam, kerupuk yang dihasilkan. Mulai kerupuk unyil, kerupuk untuk gado-gado atau kerupuk warna-warni. Ada juga kerupuk besar yang bisa dimakan dengan larutan petis hitam.
Home industri itu juga mendapatkan pembinaan dari Pemkab HSS. Melalui dinas terkait, di desa itu didirikan kios dengan model khas untuk berjualan kerupuk Bamban. Fasilitas yang dibangun Pemkab itu disediakan secara Cuma-Cuma. Para penggiat Kerupuk Bambam hanya menempatkan barangnya, menyediakan listrik dan tentunya memilihara fasilitas tersebut.
Salah satu yang memakai fasilitas itu adalah Halimatus atau biasa panggil Mama Toni. Wanita berumur sekitar 37 tahun ini sudah melakoni usaha jual beli kerupuk Bamban hingga bertahun-tahun. Hasilnya pun cukup untuk menyekolahkan dua anaknya dan membiayai kehidupan. Kerupuk yang dijualnya berasal dari pengrajin, yang tak lain satu rumpun keluarga. “Bilang bakeluargaan nai. Ada sapupu, juga mamarina,” katanya kepada Radar Banjarmasin.
Jadinya untuk menjual ia tidak pernah kehabisan stok. Habis dagangan, maka keluarga yang mengolah akan mengatarkannya atau sebaliknya ia langsung mengambil. Mama Toni, ini tidak sendiri. Lebih penjual yang melakoni usaha sepertinya. Setiap kios pasti menjual dua jenis kerupuk. Yang berbentuk kemasan (mentah) dan kerupuk jadi atau sudah masak. Harganya berbeda, yang masak Rp3 ribu. Mentahnya hanya Rp2 ribu. Beda harga beda pula irisannya, kerupuk yang sudah masak irisannya lebih tebal. Sedangkan yang mentah cenderung lebih tipis. “Bila tipis kerupuk yang dibuat diplastik cepat remuk,” sebutnya. Untuk kuantitasnya, kerupuk tipis mentah dapat menghasilkan dua kali lebih banyak saat dimasak. Bagaimana rasanya, kerupuk masak memang enak dan gurih. Sedangkan bila masak sendiri tergantung keahlian pemasaknya. Karena tipis akhirnya cepat hangit. Tapi kerenyahan tetap terpelihara. Dan rasanya tetap gurih, tidak kalah dengan produk makanan yang dijual lebih mahal. (*)

Kamis, 19 Februari 2009

Booming Jeruk Santang Asal Cina


Disana Jeruk Apkir, Disini Laku Terjual

Bentuknya mungil. Ada yang mengerut, rasanya lumayan manis. Diimpor dari Tiongkok. Biasa disebut jeruk Santang.

M WAHYUNI, Kandangan

Tak hanya di Banjarmasin dan Banjarbaru. Jeruk Santang juga telah membanjiri kawasan Banua Anam. Di kabupaten HSS sendiri limau made in Cina tersebut sudah dijual di beberapa tempat. Oleh pedagang kaki lima.
Warnanya kuning yang menawan ditambah packing dengan keranjang warna habang. Pastinya membuat tertarik siapa saja untuk mencobanya. Banyak kalangan menilai limau ini harganya murah, dengan rasanya manis dan kaya akan vitamin C.
Distribusi jeruk ini dari Tiongkok ke Surabaya, lalu disebar ke Banjarmasin sampai kabupaten lain di Kalsel. Gara-gara booming inilah, para distributor, agen dan pedagang kaki lima untung. Termasuk yang berjualan di Kabupaten HSS.
Kenapa jeruk tersebut banjir bisa sampai ke sini?. Menurut Bupati HSS HM Safi’I yang dua pekan di bulan Januari tadi menjelajahi Negeri Tirai Bambu tersebut punya cerita menarik.
Saat memberikan sambutan pada penyerahan SK PNS sekretaris desa, Bupati dua periode ini menceritakan cerdasnya orang Tiongkok dalam menciptakan nilai tambah hasil pertanian.
Namanya, Santung, mungkin setingkat sebuah Kecamatan di Cina adalah daerah penghasil jeruk tersebut. Di sana penghasilan petani dari berkebun jeruk sudah mencapai Rp75 juta per orang. Mereka menanam beragam jeruk, mulai jeruk yang dapat dimakan dengan kulitnya, jeruk yang hanya diambil sarinya.
”Orang sana tidak menjual hasil pertanian secara mentah. Tapi diolah terlebih dahulu. Menjadi sirup misalnya,” kata Bupati. Karena dengan mengolah lagi, penghasilan yang diperoleh petani dapat berlipat ganda.
Hasil pertanian yang diolah untuk meningkatkan nilai tambah tersebut adalah hasil pertanian yang baik, sedangkan yang tidak baik alias apkiran biasanya mereka jual secara mentah. “Mereka tidak mungkin jual hasil mentah pertanian. Kecuali barangnya tidak layak. Ya seperti limau yang ada ini. Kecil bentuknya di sana barang apkir,” ungkap Bupati lagi. Itulah Jeruk Santung, yang disini di kenal dengan nama Limau Santang.
Prospek Limau Santang cukup menjanjikan. Iwan, salah seorang pedagang limau made in Tiongkok ini mengatakan dalam sehari laku 10 kotak. Per kotak itu terdiri dari puluhan jaring limau. “Per jaring (keranjang, Red) harganya Rp10 ribu sampai Rp13 ribu. Ya lumayan untungnya,” kata Iwan yang jualan di sisi Jalan A Yani Kandangan. Selain laku keras. Limau ini juga tidak awet. Dalam tiga hari banyak yang busuk. Kalau dihitung per 50 kotak busuknya sampai 5 kotak. Iwan mengakui tahu asal muasal limau ini dari Cina sana. “Bisa saja ini limau apkiran lalu dijual lagi di wadah kita,” katanya. ***

Minggu, 11 Januari 2009

Berhitung Dampak Banjir


KANDANGAN – Hanya kebanjiran beberapa jam. Kini Kandangan sudah bebas dari genangan. Rumah warga yang sebelumnya sempat tergenang juga sudah kering. Sebagian saja, terutama di dataran rendah yang masih tergenang.
Banjir yang sempat merendam Kecamatan Kandangan, Telaga Langsat, Angkinang, Padang Batung maupun Sungai Raya. Selain kecamatan itu, sudah sejak sebulan lalu kawasan rawa seperti di Kecamatan Daha Selatan, Daha Barat, Daha Utara dan Kalumpang juga sudah tergenang. Total rumah yang teremdam 8.012 rumah. Tak hanya rumah, lahan pertanian, perikanan, dan prasarana umum juga banyak mengalami kerusakan. Kalkulasi perhitungan masih diinventarisasi oleh masing-masing dinas.
Sebagian rumah warga yang terendam menurut Kabid Penanggulangan Bencana Dinas Kessos Hamliansyah terutama yang berada kawasan rendah. Seperti Kecamatan Kandangan, sebagian Kelurahan Jambu Hilir, Kalian Asri dan Pulau Negara. Di Desa Sungai Kupang maupun Desa Bangkau. Korban banjir yang rumahnya terendam masih mendapatkan suplai makanan dari Dinas Kessos.
Dampak banjir yang mungkin terjadi dari aspek kesehatan kemungkinan akan timbulnya penyakit diare dan gatal-gatal. Plt Kabid Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Herry Darmawan mengatakan bahwa di Kecamatan Kelumpang sempat meningkat penderita penyakit gatal-gatal. Namun, kini sudah teratasi. Untuk penyakit leptospirosis yang disebabkan kencing tikus. Di Kabupaten HSS belum terdengar. “Itukan disebabkan tikus rumah, di HSS banyaknya tikus sawah,” sebutnya.
Stok obat sendiri diakuinya cukup. Bahkan sudah dinstuksikan kepada Puskesmas dan Pustu untuk siaga. Apabila kebutuhan logistik kurang segera melaporkan ke Dinas Kesehatan kabupaten. “Vaksin korban gigitan ular juga sudah tersedia di Puskesmas,” akunya.
Sementara itu, Bidang Pertanian, laporan sementara benih padi (taradakan, red) untuk tanam di beberapa desa terendam, Kepala Desa Batang Kulur Kecamatan Sungai Raya Syarifuddin mengatakan bahwa hampir semua taradakan milik petani di desanya terendam. Ia memperkirakan, gara-gara benih terendam akan berpengaruh terhadap produksi padi tahun ini. “Hasilnya tidak seratus persen lagi. Paling-paling 50 persen,” katanya saat ditemui di kantor Kecamatan Sungai Raya. Hal senada diakui, Sekcam Desa Asam Adi Effendi menurutnya baik taradakan maupun ampak (benih yang sudah ditanam di lahan, red) juga banyak yang terendam. “Biasanya bila lama terendam. Benih akan lemas dan akhinrya mati,” akunya
Kadis Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Ruhaimi Alman mengatakan petugas masih melakukan invetarisasi. Untuk kawasan rawa, seperti tiga Daha dan Kelumpang lahan pertanian masih belum berpengaruh. Yang dikhawatirkan daerah daratan di atasnya. Hal senada dikatakan oleh Koordinator PHP Fakhrul Aidi, menurutnya Kecamatan Kandangan, Padang Batung, Telaga Langsat, Angkinang, Padang Batung maupun Sungai Raya luasan yang teremdam tidak bisa disebutkan dalam hektare. Pasalnya, taradak dan ampak belum dikatakan sebagai tanaman.
Lalu taradakan tidak bisa langsung divonis rusak bila terendam. Apabila terendam sebentar taradakan tidak akan mati. Tapi bila rendamannya lebih dari 3 hari berpotensi rusak. Kabid Produksi Muhammad Saleh mengakui kawasan pertanian yang sempat teremdam adalah di Kecamatan Angkinang Desa Taniran Kubah, Bakarung, Wawaran dan Tawiya. Di Kecamatan Simpur di Desa Amparaya, di Kecamatan Kandangan di Desa Lungau. Sedangkan di Kecamatan Kalumpang ada empat desa. Seperti Karang Paci, Balimau, Batu Tanggul dan Karang Bulan. “Yang sebagian teremdam ada di Desa Belanti, Kalumpang dan Tambikar,” ujarnya. Biasanya dalam luasan 1 hektare petani benih yang diperlukan berkisar 25-30 Kg.
Untuk Bidan Perikanan, disebutkan puluhan ribu ikan lepas dari tambak. Kabid Perikanan Elyani Yustika mengatakan di Kecamatan Kalumpang 1 hektere areal tambak jebol. 10 ribu ikan seharga Rp500 per ekor lepas. Lalu lahan Mina Padi di Desa Pahampangan juga jebol. 10 ribu ikan lepas. “Harganya per ekor ikan Rp1.500,” kata Elyani didampingi Kabid Usaha dan Pemberdayaan Kelompok Khairul Rahim. Sedangkan untuk peternakan, Drh M Hatta mengatakan banjir mempengaruhi peternakan kecil unggas, seperti itik maupun ayam. Di Daha 200 orang peternak itik pertelor, jumlah ternak mencapao 300 ribu ekor. Untuk peternakan besar seperti Sapi dan Kambing tidak terpengaruh banjir. “Peternak sapi kan jarang berada di pinggir sungai biasanya ditempat tinggi,” aku Hatta lagi. Secara umum situasi masih terkendali. Untuk sarana umum, gara-gara banjir satu jembatan sepanjang 60 meter di Keluarahan Jambu Hulu Kecamatan Padang Batung Putus. Padahal jembatan tersebut baru selesai dibangun. Kondisi jalan, insventarisasi sementara ada 276 jalan yang terendam. Baik jalan nasional, provinsi maupun Kabupaten. Pantauan Koran ini, jalan kawasan perkotaan banyak yang sudah berlobang. Aspal juga mulai koyak disana-sini.
Sementara itu, Wabup HSS H Ardiansyah dalam jumpa pers usai Rapat Koordinasi Bulanan kemarin mengatakan bahwa banjir ini disebabkan curah hujan kawasan hulu meningkat dibandingkan biasanya. Banjir ini juga merupakan siklus musimam. “Kata beberapa orangtua kepada saya banjir ini siklus lima tahunan,” kata Wabup yang didampingi Kepala Dinas Kessos dan Penanggulangan Bencana H Johansyah dan Kabag Humas Maksum Nafarin.
Menurut Wabup, HSS sudah berupaya untuk mencegah terjadinya banjir. Mulai melakukan reboisasi, pembuatan bendung amandit. Dan yang terbaru melakukan moratorium (penghentian sementara, red) penebangan kayu di kawasan Hutan. Dikatakan Alumnus Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru ini, pencegahan terjadinya banjir tak cukup hanya dilakukan oleh Kabupaten HSS. Tapi harus komprehensif melibatkan kabupaten tetangga. Apalagi kawasan tangkapan air tak hanya berada di kabupaten HSS. “Banjir HSS juga salah satu sebabnya akibat kiriman air dari Sungai Batang Alai HST, Sungai Balangan maupun Sungai Tabalong,” sebutnya. Taksiran kerugian lebih tahun kemarin. Tahun lalu kerugian akibat banjir di HSS mencapai Rp1,2 miliar. (why)
Akibat Banjir
Rumah Terendam : 8.012 buah
Jembatan Gantung : Putus (1 buah)
Perikanan : Tambak Rusak, 20 ribu ikan lepas
Pertanian : Taradakan (bibit padi) Terendam

Jumat, 09 Januari 2009

Kandangan Kebanjiran


Di Batu Laki 11 Rumah Hanyut, 2 Titik Longsor

KANDANGAN – Akhirnya banjir datang juga di Bumi Antaluddin pada Rabu 7 Januari 2009. Mulanya hujan deras sejak Pukul 04.00. Akibatnya, di kawasa Hulu, Desa Batu Laki terjadi air bah. Akibatnya Di Desa Batu Laki RT 02 atau biasa disebut Desa Muara Pipi’I 11 rumah warga hanyut diterjang air bah. Sepasang pasutri juga nyaris tewas akibat terseret air deras sepajang 1 Kilometer. Tak hanya itu, 2 titik longsor juga ditemukan.
Sementara itu Mulyadi warga RT 02 mengatakan bahwa rumah yang terendam di pinggir sungai tersebut sebanyak 35 buah. “11 Buah hanyut, sisanya rusak berantakan,” katanya kepada Koran sambil meratapi rumahnya yang ikut hanyut dibawa air bah.
Diakuinya, banjir air bah ini sudah 7 kali. Dan ini yang paling besar. Tanda-tanda akan datang air bah sudah terlihat sekitar pukul 04.00 Pagi. Ia pun waktu langsung terjaga. Dan menyelamatkan ke luar rumah. Tapi, semua hartanya ludes yang tinggal baju selembar. “Semenjak adanya Bendung Amandit. Kami kebanjiran terus,” akunya. Tak hanya di Muara Pipi’I, dia mengatakan Tambak Pipi’I juga kini terisolir akibat puluhan rumah KK belum mendapat makanan.
Mulyadi mengatakan enggan untuk berpindah dari kawasan tersebut, kendati rumahnya hancur. “Mun ada yang membantu tenda aku guring ditenda. Mun kadada kada ai,” katanya pasrah.
Selain rumah berisi harta bendanya. Sepasang pasutri yang juga keluarganya ikut hanyut terbawa arus. Beruntung keduanya selamat. Hal senada ditegaskan oleh Hamdan, Kepala Urusan Umum Desa Batu Laki di lokasi mengatakan bahwa ia ikut mengevakuasi sepasang pasutri tersebut. Yang suami bernama Rusdi, ia adalah Ketua RT 02 . “Tidak ada yang tewas. Pasutri itu hanya pingsan saja,” katanya saat ditemui koran ini di lapangan sekitar pukul 11.00 Wita.
Camat Padang Batung Iwan Friadi didampingi Kepala Desa Batu Laki H Haspan mengatakan banjir bah ini biasa terjadi. Tahunan, dan memang tahun ini kelihatannya lebih besar. “Tidak ada hubungannya dengan adanya bendung Amandit. Sebelum dibangun kerap terjadi banjir bah. Tapi biasanya tidak lama. Beberapa jam asalkan tidak hujan lagi, muka air akan surut,” kata Camat saat ditemui di lokasi.
Dikatakan Camat rumah-rumah di bawah tersebut adalah bangunan baru. Penghuninya sebelumnya diam di lokasi atas. Bahkan mereka juga sudah mendapat ganti rugi terhadap rumah mereka akibat proyek Bendung Amandit. Alasan mereka tak cukup duit, sehingga menajak rumah baru di bagian bawah, dekat sungai. Kecamatan sebut, Iwan sudah berkali-kali menghimbau untuk tidak membangun di kawasan bawah dekat sungai itu. Tapi alasan tidak digubris. Pantauan Koran ini di lokasi, selain menghanyutkan 11 rumah. Terdapat juga dua titik longsor, akibatnya 2 tiang listrik milik PLN tumbang, saat di lokasi petugas PLN terlihat masih memperbaiki.
Untuk bantuan, Pemkab HSS telah menyalurkan kepada mereka. Melalui Dinas Kessos dan Penanggulangan Bencana sudah mengirimkan sembako maupun mie instant. Bahkan Koordinator Tagana Kabupaten HSS M Thaha mengatakan selimut maupun tenda sudah sampai kepada korban. “40 KK yang terisolir sudah mendapatkan bantuan,” katanya kemarin.

Kawasan Kota Juga Turut Terendam
Tak hanya hulu, air bah juga menuju hilir. Akibat Sungai Amandit yang membelah kota Kandangan tak dapat menampung lagi. Airnya meluap kemana-mana. Hingga sore sekitar 15.00 Wita air sudah menggenangi rumah warga.
Di Kecamatan Kandangan, RT 01 dan RT 02 Pulau Negara Kelurahan Jambu Hilir 120 KK sudah terendam. Ketinggiannya di kawasan padat penduduk ini mencapai dada orang dewasa.
Masyarakat yang rumahnya terendam hingga sore tadi mulai mengungsikan barang-barangnya. “Tetap aja di rumah, tapi barang rumah tangga dan elektronik kami letakkan ketempat yang tinggi,” kata seorang warga yang kebanjiran.
Menurut Anti, banjir ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, sampai pukul 16.00 Wita kemarin, air terus meninggi. Warga juga cemas, bila hujan terus didaerah hulu pastinya genangan akan semakin lama. Selain mengangkut barangnya. Sebagaian warga juga mulai mengungsi ke rumah keluaganya yang tidak kebanjiran.
Sedangkan Kelurahan Kandangan Barat. Dari 10 RT, 9 RT yang dihuni ribuan warga rumahnya sudah terendam. Bahkan, akibat derasnya air di Amawang Kiri sebuah sebagian rumah dilaporkan hanyut. Lalu di Desa Bangkau 500 buah rumah warga terendam. Di Desa Sungai Kupang 75 buah terendam. “Ini hanya data sementara. Tapi seemuanya sudah kita laporkan ke Dinas Kessos,” katanya Camat Kecamatan Kandangan M Noor, kemarin.
Sementara itu, di Kecamatan Padang Batung, di sisi jalan Provinsi Karang Jawa pantauan Koran ini rumah warga banyak yang terendam. Akses jalan provinsi juga terganggu. Pengendara harus hati-hati memacu kendaraannya.
Warga yang rumahnya terendam juga mengakuti barang rumah tangga. Bahkan beberapa pegawai yang rumahnya di kecamatan itu sedikit cemas. Diantaranya ada yang pulang lebih awal. “Nyaman basisimpun. Mudah-mudahan genabgannya kada lawas,” sebut seorang pegawai.
Di Kecamatan Sungai Raya juga dilaporkan banjir merendam beberapa desa. Seperti Desa Ida Manggala lebih 30 rumah warga yang terendam. Lalu di Desa Batang Kulur, Baru, Jarau maupun Sungai Raya Selatan. MenPAN Taufik Effendi pun sempat menyaksikan banjir di kawasan Sungai Raya. Pasalnya, Menteri asal Barabai tersebut menuju Rantau, setelah menginap di Kota Apam.
Camat Sungai Raya Zulkifli mengatakan banjir bah. Artinya air tersebut tidak terlalu lama. “Hanya beberapa jam lalu surut kembali,” katanya ditemui di Kantor Camat Sungai Raya, kemarin pagi. Biasanya tumpukan banjir akan mengalir ke desa yang topografinya rendah. Seperti Desa Asam maupun Desa Tamiang. “Benih padi banyak yang tenggelam,” sebut Andin Effendi, Sekdes Asam. Hal senaga dikatakan Pambakal Tamiang, Hamberi. Menurutnya limpasan air banjir pastinya menggenangi daerah kami. Dan banjir ini, sepertinya lebih besar dari tahun lalu.

Buka Dapur Umum dan Nasi Bungkus
Para korban banjir seperti di Pulau Negara Kelurahan Jambu Hilir mengakui sangat memerlukan makanan. Pasalnya, mereka tak bisa memasak. Lantaran dapur ikut terendam. “Makan mie bakaring haja tadi,” kata seorang warga yang rumahnya terendam. Ia berharap mudah-mudahan Pemkab HSS dapat memberikan bantuan secepatnya. Sementara itu, Kabid Penanggulangan Bencana Dinas Kessos Hamliansyah mengatakan bahwa sudah didirikan dapur umum di Dinas Kessos. “Kami menyediakan untuk makan malam dulu jumlahnya untuk 500 orang,” kata Hamli kemarin sore. Sedangkan sisanya, memesan nasi bungkus sebanyak 1.500 bungkus. Bantuan ini akan didistribusikan sesuai kondisi lapangan dan permintaan para camat. “Nantinya RT atau lurah yang membagikan,” katanya. Tak hanya Pemkab HSS, mereka juga berkoordinasi dengan partai politik. Agar bantuan tidak menumpuk di suatu tempat saja.
Syamsuri Arsad dari PKS, mengatakan sudah mengirimkan bantuan sembako pada korban banjir. Tak hanya itu, Parta Golkar juga melakukan hal yang sama membagikan sembako. (why)

Rabu, 03 Desember 2008


Mangganjat Sarang Walet, Olahraga Tradisional HSS (2-habis)

Mangganjat Sarang Walet, Olahraga Tradisional HSS (2-habis)

Hanya lakon ritual saat permainan

Namanya juga permainan. Jadinya, ini hanya sebagai imitasi dari kegiatan mancari sarang walet sesungguhnya. Ritual babacaan yang biasa dilakuan pencari walet di gua. Saat permainan olahraga hanya sebagai lakon saja.

M WAHYUNI, Kandangan

Menurut Mahriadi, olahraga tradisional memetik sarang walet ini, imitasi dari kegiatan pencarian sarang walet di goa-goa. Bahkan nama mangganjat itu merupakan sebutan bagi bubuhan pemetik sarang walet. Alat untuk memanjat ke sarang walet terbuat dari bambu yang dinamakan dengan sugung. “Bila bagian panggulaan (pencari gula aren, red) alat naik yang terbuat dari bambu itu disebut dengan sigai,” kata PNS Dinas Pendidikan Bidang olahraga dan pemuda ini, kemarin. Olahraga tradisioal juga dipadukan dengan seni tari, sehingga olahraga ini terasa asyik saat dinikmati. Bila dalam permainan olahraga tradisional, gaganjat menggunakan batang bambu. Tapi bila aktivitas sebenarnya memetik sarang burung di goa, gaganjat terbuat dari kayu ulin.

Apakah ada ritual khusus? Memang tidak ada ritual seperti orang banaik sarang burung walet di goa. Tapi saat pertunjukkan memang ada lakon seperti ritual di sekitar sugung. Sebenarnya, sebut Mahriadi, Kabupaten HSS tidak hanya mangganjat sarang walet yang berhasil mengharumkan nama Kalsel.

Prestasi di Manado itu bukan yang pertama, Tahun 2005 lalu HSS juga mewakili Kalsel di pekan olahraga tradisonal di Kutai Kertanegara. Hasilnya, olahraga tradisional Naik Sigai waktu itu menjadi terbaik 1. Lalu Tahun 2006, kembali HSS mewakili Kalsel. Tahun itu event digelar di Lampung, kontingen HSS membawakan olahraga tradisional balanting paring. Hasilnya, meraih juara favorit 1 dan penampilan II terbaik. “2007 mewakili Kalsel bukan dari HSS. tapi tahun 2008 kembali HSS lagi dan berhasil menjadi terbaik 8,” akunya. Sayangnya, banyaknya prestasi yang berhasil ditorehkan oleh kontingen HSS yang mewakili Kalsel seolah tak berbekas di mata Dinas Pendidikan Kalsel. Betapa tidak, hingga detik ini belum ada penghargaan. Jauh penghargaan berupa materi seperti pada atlet-atlet yang berprestasi dalam bidang olahraga prestasi. “Selama ini yang memberi penghargaan dan bonus malahan dari Pemkab HSS. Provinsi belum ada apa-apa. Padahal prestasi ini membawa nama harum Kalsel,” katanya. Secara terbuka, Mahriadi mengatakan sejatinya Pemprov harus memberikan perhatian yang khusus bagi olahraga tradisional ini. Jangan dinomorduakan

Sedangkan, Suki (30) salah seorang pemain olahraga tradisional Mangganjat Sarang Walet dan juga pernah berpengalaman menjadi penjaga sekaligus pemetik sarang burung walet. Menurutnya, Tahun 1990-an ia pernah menjadi pemetik sarang burung walet di KM 42 Batulicin. Tepatnya, di Gunung Pambicaraan. Waktu itu, ia bersama satu temannya menjaga liang (gua) sarang walet tersebut. Ritual khusus untuk memetik sarang walet, sebutnya memang ada. Yang penting si pemetik babacaan dan mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku. Misalnya, minta petunjuk kepada warga kampung situ, juga dilarang saat memetik sarang walet menggunakan penerangan dengan bakar minyak tanah. Pasalnya, burung walet yang pernah mencium bau minyak tanah, ia tidak mau lagi bersarang di tempat. Alias kabur mencari tempat yang lain.

Jadinya, Pemetik hanya bawa lilin dan senter. Sarang burung walet sebutnya, terbagi dua ada sarang hirang (karena bercampur dengan bulu) dan ada sarang putih. “Panen setiap 20 hari. Sekali panen mencapai 25 kilogram,” sebutnya. Selama menjaga burung walet, yang membahayakan, bukan karena ular atau hal lainnya. Tapi bila ada perampokan. ***